Bagi kebanyakan orang, istilah “Karapan Sapi” mungkin sudah tidak asing lagi, terutama untuk masyarakat yang berasal dari Madura maupun bagi pendatang yang tinggal di Madura seperti saya. Ya, Karapan Sapi merupakan salah satu budaya yang berasal dari Madura. Karapan Sapi merupakan perlombaan adu kecepatan sepasang sapi yang ditunggangi oleh seorang joki melawan sepasang sapi yang lain. Budaya ini sampai sekarang masih terus ada dan juga menjadi kebanggaan masyarakat Madura. Sebagai seorang pendatang dari luar Madura, tepatnya dari Kabupaten Madiun, saya kurang memahami tentang Karapan Sapi. Informasi yang berkaitan tentang Karapan Sapi saya peroleh dari media-media online. Dan selama hampir 4 tahun saya tinggal di Madura, tepatnya di Kabupaten Bangkalan, baru sekali saya menyaksikan karapan Sapi secara langsung yang digelar di alun-alun Bangkalan.
Bagi saya, Karapan Sapi merupakan budaya yang unik, dimana 2 ekor sapi yang dikendalikan seorang joki ( entah apa istilahnya dalam bahasa madura ), harus berlari secepat mungkin untuk mencapai garis finish. Uniknya lagi, joki atau orang yang mengendalikan sapi tersebut masih anak-anak atau orang yang memiliki badan kecil / kurus, hal ini mungkin dimaksudkan agar beban dari sapi ketika berlari tidak terlalu berat, sehingga sapi tersebut bisa berlari cepat menuju garis finish.
Tidak salah apabila Karapan Sapi menjadi kebanggaan masyarakat Madura maupun Bangsa Indonesia. Salah satu perlombaan paling bergengsi dalam Karapan Sapi yaitu, Perlombaan Karapan Sapi Piala Presiden yang digelar setiap tahun. Tentunya sudah terbayang bangaimana kemeriahan perlombaan ini. Ingin rasanya saya bisa menyaksikan Perlombaan Karapan Sapi Piala Presiden ini secara langsung, tapi apa daya, selama ini saya belum pernah menyaksikannya secara langsung. Mungkin di lain kesempatan saya bisa menyisihkan waktu untuk merasakan kemeriahan Perlombaan Karapan Sapi Piala Presiden secara langsung.
Kebanggan lain tentang Karapan Sapi yaitu, digunakannya Karapan Sapi sebagai gambar di mata uang logam Republik Indonesia pecahan Rp. 100,-. Ya, uang logam dari kuningan yang berwarna emas yang hanya bernilai seratus rupiah dan dikeluarkan pada tahun 1991 ini menampilkan karapan sapi di salah satu sisinya.
Ditengah kebanggan tersebut saya sempat membaca sebuah artikel yang melarang penyiksaan terhadap sapi yang akan mengikuti perlombaan. Saya sendiri tidak tahu secara pasti seperti apa penyiksaan yang dilakukan terhadap sapi-sapi tersebut. Tetapi, memang terlihat bekas luka yang ada di bagian belakang sapi tersebut, mungkin hal ini bertujuan untuk mempercepat lari dari sapi - sapi tersebut. Terlepas dari penyiksaan tersebut, ternyata untuk mendapatkan sapi yang berkualitas untuk mengikuti perlombaan harus melalui berbagai macam latihan dan perawatan yang membutuhkan banyak biaya. Perawatan khusus dan pemberian jamu yang diramu secara khusus dipercaya dapat menambah stamina sapi - sapi yang akan mengikuti perlombaan. Pemberian jamu ini akan semakin ditingkatkan menjelang pelaksanaan perlombaan. Tak heran biaya yang dikeluarkan cukup banyak. Banyaknya biaya yang dikeluarkan akan sebanding jika sapi - sapinya menjadi juara yang mengakibatkan harga sapi tersebut melambung tinggi.
Semoga budaya Karapan Sapi ini terus berkembang dan tetap menjadi kebanggan masyarakat Madura pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahkan bisa menjadi budaya yang dikenal oleh masyarakat Internasional. Dan juga semoga harapan saya untuk menyaksikan Karapan Sapi Piala Presiden bisa tercapai.
Aaamiiin.,.
6 komentar:
Tulisan yang menarik saudara lindung. Dengan menulis salah satu budaya Indonesia dan mensharekan ke publik secara tidak langsung anda sudah turut menjaga dan melesatarikan budaya Bangsa. Tetap berkaraya.
@Surya Idhi Pradana: terima kasih atas kunjungannya.,.
Semoga Budaya ini tetep lestari & semakin dikenal dunia.,.
Aaamiiin.,.
@Feri Andana Putra: thanks.,.
Semoga tetep lestari & tetap menjadi kebanggaan Madura & Indonesia.,.
Semangat yo wah... mudah-mudahan menang... Amin
Aaamiiin.,.
Semangat.,.
Post a Comment