Saturday, May 25, 2013

ALDABRA "GIANT" TORTOISE (GEOCHELONE GIGANTEA)


ALDABRA "GIANT" TORTOISE (GEOCHELONE GIGANTEA)

Kura-kura Aldabra adalah salah satu kura-kura terbesar di dunia. Kura-kura ini hidup di kepulaua Aldabra. Kura-kura ini dapat tumbuh hingga lebih dari 1.5 meter dan dapat berumur hingga mencapai 200-an tahun. berikut klasifikasinya:

Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Superfamili : Testudinoidea
Famili : Testudinidae
Genus : Geochelone
Spesies : Geochelone gigantea

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura aldabra mempunya warna karapas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan dome yang tinggi. Memiliki kaki yang besar dan kekar untuk menopang tubuhnya yang sangat berat. Kura-kura ini mempunyai leher yang sangat panjang digunakan untuk meraih cabang dan ranting pohon sampai ketinggian 1 meter lebih dari tanah.
Kura-kura ini mempunyai ukuran yang mirip dengan kura-kura galapagos. Kura-kura ini dapat mencapai ukuran karapas hingga 1.5 meter dengan berat hingga 300 kg. Ukuran jantan jauh lebih besar daripada betina.

PERSEBARAN
Populasi utama dari kura-kura ini ada di pulau Atol Aldabra. Ditempat tersebut dilindungi dari pengaruh manusia dan merupakan rumah bagi sekitar 100 ribu kura-kura raksasa tersebut. Populasi lain terisolasi di pulau Changuu, dekat Zanzibar dan populasi lain yang ada di taman konservasi di Mauritius dan Rodrigues. Kura-kura ini pada habitat aslinya menempati sejumlah kawasan padang rumput, semak belukar yang rendah, hutan bakau, dan bukit pasir pantai.

KEBIASAAN MAKAN
Kura-kura ini termasuk herbivora yang makanannya antara lain rumput, daun, dan batang kayu tanaman, namun sesekali memakan invertebrata kecil dan bangkai, bahkan memakan tubuh kura-kura yang mati lainnya. Dalam penangkaran, kura-kura Aldabra raksasa dikenal untuk menikmati buah-buahan seperti apel dan pisang serta sayuran pelet terkompresi.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh sebagian besar didapatkan dari kandungan air yang ada dalam makanannya.
Ada dua spesimen yang berbeda dari kura-kura aldabra yaitu: kura-kura yang hidup didataran rendah memiliki kubah tempurung yang tinggi, sedangkan kura-kura yang hidup di dataran tinggi mempunyai kubah tempurung yang lebih rendah.

PERKEMBANGBIAKAN
Kura-kura aldabra berkembang biak pada bulan Februari sampai Mei yang dapat menghasilkan sekitar 9 sampai 25 telor. Telur tersebut ditimbun pada kedalaman yang dangkal pada tanah yang kering. Biasanya kurang dari setengah dari telur mereka yang menetas. Setelah inkubasi selama sekitar 8 bulan telur tersebut kemudian menetas antara bulan Oktober sampai Desember. 

Sumber foto: http://i48.tinypic.com/ipqz61.jpg
Sumber info: http://jinkuraku.blogspot.com/2012/11/aldabra-giant-tortoise-geochelone.html
Kura-kura Aldabra adalah salah satu kura-kura terbesar di dunia. Kura-kura ini hidup di kepulaua Aldabra. Kura-kura ini dapat tumbuh hingga lebih dari 1.5 meter dan dapat berumur hingga mencapai 200-an tahun. berikut klasifikasinya:

Kingdom : Animalia
Pilum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Subordo : Cryptodira
Superfamili : Testudinoidea
Famili : Testudinidae
Genus : Geochelone
Spesies : Geochelone gigantea

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura aldabra mempunya warna karapas berwarna coklat kehitam-hitaman dengan dome yang tinggi. Memiliki kaki yang besar dan kekar untuk menopang tubuhnya yang sangat berat. Kura-kura ini mempunyai leher yang sangat panjang digunakan untuk meraih cabang dan ranting pohon sampai ketinggian 1 meter lebih dari tanah.
Kura-kura ini mempunyai ukuran yang mirip dengan kura-kura galapagos. Kura-kura ini dapat mencapai ukuran karapas hingga 1.5 meter dengan berat hingga 300 kg. Ukuran jantan jauh lebih besar daripada betina.

PERSEBARAN
Populasi utama dari kura-kura ini ada di pulau Atol Aldabra. Ditempat tersebut dilindungi dari pengaruh manusia dan merupakan rumah bagi sekitar 100 ribu kura-kura raksasa tersebut. Populasi lain terisolasi di pulau Changuu, dekat Zanzibar dan populasi lain yang ada di taman konservasi di Mauritius dan Rodrigues. Kura-kura ini pada habitat aslinya menempati sejumlah kawasan padang rumput, semak belukar yang rendah, hutan bakau, dan bukit pasir pantai.

KEBIASAAN MAKAN
Kura-kura ini termasuk herbivora yang makanannya antara lain rumput, daun, dan batang kayu tanaman, namun sesekali memakan invertebrata kecil dan bangkai, bahkan memakan tubuh kura-kura yang mati lainnya. Dalam penangkaran, kura-kura Aldabra raksasa dikenal untuk menikmati buah-buahan seperti apel dan pisang serta sayuran pelet terkompresi.
Untuk memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh sebagian besar didapatkan dari kandungan air yang ada dalam makanannya.
Ada dua spesimen yang berbeda dari kura-kura aldabra yaitu: kura-kura yang hidup didataran rendah memiliki kubah tempurung yang tinggi, sedangkan kura-kura yang hidup di dataran tinggi mempunyai kubah tempurung yang lebih rendah.

PERKEMBANGBIAKAN
Kura-kura aldabra berkembang biak pada bulan Februari sampai Mei yang dapat menghasilkan sekitar 9 sampai 25 telor. Telur tersebut ditimbun pada kedalaman yang dangkal pada tanah yang kering. Biasanya kurang dari setengah dari telur mereka yang menetas. Setelah inkubasi selama sekitar 8 bulan telur tersebut kemudian menetas antara bulan Oktober sampai Desember. 


RADIATA TORTOISE (ASTROCHELYS RADIATA)


RADIATA TORTOISE (ASTROCHELYS RADIATA)

Kura-kura Radiata merupakan sebuah spesies dari family Testudinidae. Kura-kura ini dapat ditemukan di selatan pulau Madagaskar. Di alam liar radiata merupakan kura-kura pemakan tumbuh-tumbuhan atau herbivora 80-90% makanannya merupakan rumput dan sisanya adalah buah-buahan dan kaktus. Makanan favorit dari kura-kura ini adalah kaktus opuntia. Kura-kura ini hidup pada suhu sekitar 29 sampai 33o C. Kura-kura radiata ini dapat hidup hingga 188 tahun.

Klasifikasi kura-kura radiata sebagai berikut:
Kingdom:  Animalia
Pilum:  Chordata
Klas:  Sauropsida
Ordo:  Testudines
Subordo:  Cryptodira
Famili:  Testudinidae
Genus:  Astrochelys
Species:  Astrochelys radiata


ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini dapat tumbuh hingga 16 inci atau sekitar 41 cm (karapas) dan dengan berat mencapai 35 pon atau sekitar 16 kg. Kura-kura Radiata termasuk salah satu kura-kura paling indah di dunia. Bentuk dasar dari kura-kura ini mempunyai karapas yang tinggi, kepala tumpul dan kaki mirip gajah. Kaki dan kepala berwarna kuning kecuali corak hitam yang berukuran variatif di atas kepala.

Kerapas kura-kura mempunyai paduan warna kuning dan hitam. Warna kuning pada kerapas memancar dari pusat masing-masing cangkang yang membentuk pola bintang tetapi mempunya pola yang lebih halus dan rumit jika dibandingkan dengan pola pada indian star. Pola pancaran pada kura-kura radiata lebih elegan dan mempunyai karapas yang lebih halus. kura-kura ini mempunyai sedikit dimorfisme seksual. Dimana kura-kura jantan mempunyai ekor yang lebih panjang.

DAERAH PERSEBARAN
Persebaran alami dari kura-kura ini hanya di bagian selatan dan barat daya dari pulau Madagaskar. Mereka lebih memilih daerah yang kering, padang kaktus dan hutan bagian selatan Madagaskar.

PERKEMBANGBIAKAN
Jantan siap kawin kurang lebih ukuran 12 inci atau sekitar 31 cm sedangkan betina mempunyai ukuran yang sedikit lebih besar. Ciri-ciri jantan yang siap kawin biasanya dengan mengangguk-angukan kepala dan mengendus kaki belakang dan kloaka betina. Dalam beberapa kasus jantan mengangkat betina dengan cangkang depannya untuk menghindari betina menjauhinya.

Betina dapat menghasilkan 3 sampai 12 telur yang dipendam dalam tanah dengan kedalaman sekitar 15 sampai 20 cm. Masa inkubasi cukup sekitar 5 sampai 8 bulan. Kura-kura yang baru menetas berukuran 3 sampai 4 cm.

PERAWATAN
Kura-kura ini mempunyai sifat yang unik, jadi untuk perawatannya gampang-gampang susah. Berikut ini cara merawat radiata menurut pengalaman saya dan dari beberapa referensi.
1. substrat sebisa mungkin menggunakan tanah yang kering. Karena pada dasarnya hewan ini senang dengan tempat-tempat yang kering. Selain itu radiata juga membutuhkan kandungan mineral yang didapatkan dengan memakan tanah.
2. sebaiknya pada pagi sampai sore kura-kura dilepas dan dijemur ditempat yang aman dan jangan lupa diberi tempat untuk berteduh. Dan untuk sore sampai pagi sebaiknya di masukkan dikandang/akuarium dan diberi lampu untuk menghangatkan kura-kura.
3. makanan yang diberikan diusahakan bervariasi. Sayuran yang dapat diberikan misalnya: sawi, wortel, sawi daging, bunga sepatu, kaktus opuntia, dll. Sedangkan buah-buahan yang dapat diberikan misalnya: mangga, strowberry, pepaya, melon, alpukat, dll. Selain itu dapat juga diberi pelet khusus tortoise sebagai selingan. Untuk pemberian makan dan minum dapat dilakukan pada pagi dan sore hari.
4.  sehabis dijemur sebaiknya kura-kura di bersihkan dengan air bersih sebelum dimasukkan kedalam kandang.
5. kandang sebaiknya dibersihkan minimal 2 hari sekali.

Sumber foto: http://turtleconservancy.org/species/radiata/radiata_files/radiata.jpg
Sumber info: http://jinkuraku.blogspot.com/2012/11/radiata-tortoise-astrochelys-radiata.html
Kura-kura Radiata merupakan sebuah spesies dari family Testudinidae. Kura-kura ini dapat ditemukan di selatan pulau Madagaskar. Di alam liar radiata merupakan kura-kura pemakan tumbuh-tumbuhan atau herbivora 80-90% makanannya merupakan rumput dan sisanya adalah buah-buahan dan kaktus. Makanan favorit dari kura-kura ini adalah kaktus opuntia. Kura-kura ini hidup pada suhu sekitar 29 sampai 33o C. Kura-kura radiata ini dapat hidup hingga 188 tahun.

Klasifikasi kura-kura radiata sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Pilum: Chordata
Klas: Sauropsida
Ordo: Testudines
Subordo: Cryptodira
Famili: Testudinidae
Genus: Astrochelys
Species: Astrochelys radiata


ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini dapat tumbuh hingga 16 inci atau sekitar 41 cm (karapas) dan dengan berat mencapai 35 pon atau sekitar 16 kg. Kura-kura Radiata termasuk salah satu kura-kura paling indah di dunia. Bentuk dasar dari kura-kura ini mempunyai karapas yang tinggi, kepala tumpul dan kaki mirip gajah. Kaki dan kepala berwarna kuning kecuali corak hitam yang berukuran variatif di atas kepala.

Kerapas kura-kura mempunyai paduan warna kuning dan hitam. Warna kuning pada kerapas memancar dari pusat masing-masing cangkang yang membentuk pola bintang tetapi mempunya pola yang lebih halus dan rumit jika dibandingkan dengan pola pada indian star. Pola pancaran pada kura-kura radiata lebih elegan dan mempunyai karapas yang lebih halus. kura-kura ini mempunyai sedikit dimorfisme seksual. Dimana kura-kura jantan mempunyai ekor yang lebih panjang.

DAERAH PERSEBARAN
Persebaran alami dari kura-kura ini hanya di bagian selatan dan barat daya dari pulau Madagaskar. Mereka lebih memilih daerah yang kering, padang kaktus dan hutan bagian selatan Madagaskar.

PERKEMBANGBIAKAN
Jantan siap kawin kurang lebih ukuran 12 inci atau sekitar 31 cm sedangkan betina mempunyai ukuran yang sedikit lebih besar. Ciri-ciri jantan yang siap kawin biasanya dengan mengangguk-angukan kepala dan mengendus kaki belakang dan kloaka betina. Dalam beberapa kasus jantan mengangkat betina dengan cangkang depannya untuk menghindari betina menjauhinya.

Betina dapat menghasilkan 3 sampai 12 telur yang dipendam dalam tanah dengan kedalaman sekitar 15 sampai 20 cm. Masa inkubasi cukup sekitar 5 sampai 8 bulan. Kura-kura yang baru menetas berukuran 3 sampai 4 cm.

PERAWATAN
Kura-kura ini mempunyai sifat yang unik, jadi untuk perawatannya gampang-gampang susah. Berikut ini cara merawat radiata menurut pengalaman saya dan dari beberapa referensi.
1. substrat sebisa mungkin menggunakan tanah yang kering. Karena pada dasarnya hewan ini senang dengan tempat-tempat yang kering. Selain itu radiata juga membutuhkan kandungan mineral yang didapatkan dengan memakan tanah.
2. sebaiknya pada pagi sampai sore kura-kura dilepas dan dijemur ditempat yang aman dan jangan lupa diberi tempat untuk berteduh. Dan untuk sore sampai pagi sebaiknya di masukkan dikandang/akuarium dan diberi lampu untuk menghangatkan kura-kura.
3. makanan yang diberikan diusahakan bervariasi. Sayuran yang dapat diberikan misalnya: sawi, wortel, sawi daging, bunga sepatu, kaktus opuntia, dll. Sedangkan buah-buahan yang dapat diberikan misalnya: mangga, strowberry, pepaya, melon, alpukat, dll. Selain itu dapat juga diberi pelet khusus tortoise sebagai selingan. Untuk pemberian makan dan minum dapat dilakukan pada pagi dan sore hari.
4. sehabis dijemur sebaiknya kura-kura di bersihkan dengan air bersih sebelum dimasukkan kedalam kandang.
5. kandang sebaiknya dibersihkan minimal 2 hari sekali.


ASIAN FOREST TORTOISE (MANOURIA EMYS)


ASIAN FOREST TORTOISE (MANOURIA EMYS)

Kura-kura emys (Manouria emys), biasa disebut kura-kura kaki gajah atau dalam bahasa daerah biasa disebut baning/baneng  juga dikenal sebagai kura-kura coklat Asia, adalah spesies kura-kura ditemukan di India (Assam), Bangladesh, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia (Sumatera, Kalimantan).
Kura-kura emys merupakan kura-kura daratan terbesar di Asia, emys dapat tumbuh hingga mencapai panjang sekitar 80cm dengan berat sekitar 37 kilogram. Di Indonesia, kura kura Emys tersebar dari Sumatera hingga Kalimantan.

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Order : Testudines
Keluarga : Testudinidae
Genus : Manouria
Spesies : Manouria emys

TINGKAH LAKU
Di indonesia kura-kura baning/emys mempunyai habitat alami di hutan Sumatera dan Kalimantan pada daerah perbukitan yang memiliki suhu udara cenderung dingin.  hal ini menyebabkan emys sangat menyukai kelembaban.
Kebiasan hidup emys di alam liar biasanya menggunakan kaki belakangnya untuk menggali lubang atau bersembunyi dibawah lubang atau dedaunan untuk menghindari sinar matahari.
Apabila kita memelihara emys sangat disarankan untuk memberikan tempat berlindung dari sinar matahari . Karena sinar matahari langsung dapat menyebabkan dehidrasi dan akibat yang paling fatal adalah kematian.
Kura-kura darat terbesar Asia ini di alam liar juga aktif di sore hari hingga malam hari,  biasanya keluar untuk mencari makan.

DESKRIPSI 
Kura-kura darat terbesar Asia ini termasuk dalam genus Manouria, kura-kura hutan Asia (Manouria emys). Nama umum lainnya termasuk kura-kura coklat Asia, kura-kura gunung Burma dan kura-kura coklat Burma sedangkan dalam bahasa daerah biasa disebut Baning coklat (Kalimantan) atau Baneng (Aceh) . Dua subspesies saat ini diakui Manouria e. emys (Schlegel dan Muller, 1844) dan M. e. phayrei (Blyth, 1853). Emys yang tersebar di hutan sumatera dan kalimantan adalah jenis Manouria emys.

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini mempunyai ciri-ciri fisik sebagai berikut:

- Mempunyai karapas umumnya berwarna terang ke warna coklat gelap.
- Scutes pektoral memperpanjang setengah halan ke garis tengah plastron.
- Agak cekung pada tepi scutes.
- Cangkang dapat mencapai panjang hingga 50 cm lebih. 

Kura-kura ini mempunyai dimorfisme seksual. Perbedaan kura-kura jantan dan betina dapat dilihat dari bentuk fisiknya. Kura-kura emys jantan cenderung memiliki ekor yang lebih panjang dari emys betina. Pada kura-kura jantan ditemui juga kelung plastra yang berfungsi untuk mempermudah saat kawin.

MAKANAN
Di alam liar kura-kura ini memakan rumput dan buah-buahan yang jatuh ke tanah. Jadi pada saat kura-kura ini dipelihara kita dapat memberikan berbagai macam buah-buahan, misalnya: tomat, wortel, pepaya, pisang, dan timun. Selain buah-buahan sayuran yang dapat diberikan misalnya: sawi, kol, daun talas, dan daun tanaman air seperti daun teratai.

HABITAT DAN EKOLOGI
Kura-kura ini hidup di hutan hujan tropis pada daerah perbukitan dan pegunungan yang memiliki suhu rendah.

PERSEBARAN
Di Indonesia kura-kura ini tersebar di hutan Sumatera hingga hutan Kalimantan. Kura-kura kaki gajah ini juga tersebar di negara asia lainnya seperti India (Assam), Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan juga Malaysia.

PERBEDAAN KURA-KURA JANTAN DAN BETINA

- Kura-kura jantan memiliki pastron yang cekung sedangkan pada betina datar (jadi bentuk plastron ini mempermudah jantan untuk menaiki betina dalam melakukan perkawinan). Perlu juga kita ketahui kura-kura ini ditutupi oleh cangkang keras yang berguna untuk berlindung. Bagian cangkang terdiri atas 2 jenis yaitu bagian atas yang disebut cangkang dan bagian bawah yang disebut plastron.
- Ekor kura-kura jantan lebih panjang dengan bagian pangkal yang besar, sedangkan ekor kura-kura betina cenderung pendek dengan pangkal yang kecil.
- Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku yang panjang dibandingkan dengan kura-kura betina. Fungsinya dalam perkawinan kura-kura jantan akan mencengkeram cangkang betina menggunakan kuku-kukunya.
- Pada kura-kura dewasa bisa kita bedakan dengan menekan bagian plastron di bawah ekor dengan cara perlahan dan berulang ulang. Jika keluar hemipenis bisa dipastikan kura-kura tersebut berkelamin jantan.
- Pada umumnya kura-kura jantan akan mengikuti kemana betina berjalan pada musim kawin. Jadi bisa dipastikan bahwa kura-kura yang diikuti berjenis kelamin betina dan kura-kura yang mengikuti berjenis kelamin jantan.   

Sumber foto: http://www.reptilx.com/wp-content/uploads/2008/07/431056307kasOXn_ph.jpg
Sumber info: http://jinkuraku.blogspot.com/2012/11/asian-forest-tortoise-manouria-emys.html
Kura-kura emys (Manouria emys), biasa disebut kura-kura kaki gajah atau dalam bahasa daerah biasa disebut baning/baneng juga dikenal sebagai kura-kura coklat Asia, adalah spesies kura-kura ditemukan di India (Assam), Bangladesh, Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia (Sumatera, Kalimantan).
Kura-kura emys merupakan kura-kura daratan terbesar di Asia, emys dapat tumbuh hingga mencapai panjang sekitar 80cm dengan berat sekitar 37 kilogram. Di Indonesia, kura kura Emys tersebar dari Sumatera hingga Kalimantan.

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Order : Testudines
Keluarga : Testudinidae
Genus : Manouria
Spesies : Manouria emys

TINGKAH LAKU
Di indonesia kura-kura baning/emys mempunyai habitat alami di hutan Sumatera dan Kalimantan pada daerah perbukitan yang memiliki suhu udara cenderung dingin. hal ini menyebabkan emys sangat menyukai kelembaban.
Kebiasan hidup emys di alam liar biasanya menggunakan kaki belakangnya untuk menggali lubang atau bersembunyi dibawah lubang atau dedaunan untuk menghindari sinar matahari.
Apabila kita memelihara emys sangat disarankan untuk memberikan tempat berlindung dari sinar matahari . Karena sinar matahari langsung dapat menyebabkan dehidrasi dan akibat yang paling fatal adalah kematian.
Kura-kura darat terbesar Asia ini di alam liar juga aktif di sore hari hingga malam hari, biasanya keluar untuk mencari makan.

DESKRIPSI 
Kura-kura darat terbesar Asia ini termasuk dalam genus Manouria, kura-kura hutan Asia (Manouria emys). Nama umum lainnya termasuk kura-kura coklat Asia, kura-kura gunung Burma dan kura-kura coklat Burma sedangkan dalam bahasa daerah biasa disebut Baning coklat (Kalimantan) atau Baneng (Aceh) . Dua subspesies saat ini diakui Manouria e. emys (Schlegel dan Muller, 1844) dan M. e. phayrei (Blyth, 1853). Emys yang tersebar di hutan sumatera dan kalimantan adalah jenis Manouria emys.

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini mempunyai ciri-ciri fisik sebagai berikut:

- Mempunyai karapas umumnya berwarna terang ke warna coklat gelap.
- Scutes pektoral memperpanjang setengah halan ke garis tengah plastron.
- Agak cekung pada tepi scutes.
- Cangkang dapat mencapai panjang hingga 50 cm lebih. 

Kura-kura ini mempunyai dimorfisme seksual. Perbedaan kura-kura jantan dan betina dapat dilihat dari bentuk fisiknya. Kura-kura emys jantan cenderung memiliki ekor yang lebih panjang dari emys betina. Pada kura-kura jantan ditemui juga kelung plastra yang berfungsi untuk mempermudah saat kawin.

MAKANAN
Di alam liar kura-kura ini memakan rumput dan buah-buahan yang jatuh ke tanah. Jadi pada saat kura-kura ini dipelihara kita dapat memberikan berbagai macam buah-buahan, misalnya: tomat, wortel, pepaya, pisang, dan timun. Selain buah-buahan sayuran yang dapat diberikan misalnya: sawi, kol, daun talas, dan daun tanaman air seperti daun teratai.

HABITAT DAN EKOLOGI
Kura-kura ini hidup di hutan hujan tropis pada daerah perbukitan dan pegunungan yang memiliki suhu rendah.

PERSEBARAN
Di Indonesia kura-kura ini tersebar di hutan Sumatera hingga hutan Kalimantan. Kura-kura kaki gajah ini juga tersebar di negara asia lainnya seperti India (Assam), Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan juga Malaysia.

PERBEDAAN KURA-KURA JANTAN DAN BETINA

- Kura-kura jantan memiliki pastron yang cekung sedangkan pada betina datar (jadi bentuk plastron ini mempermudah jantan untuk menaiki betina dalam melakukan perkawinan). Perlu juga kita ketahui kura-kura ini ditutupi oleh cangkang keras yang berguna untuk berlindung. Bagian cangkang terdiri atas 2 jenis yaitu bagian atas yang disebut cangkang dan bagian bawah yang disebut plastron.
- Ekor kura-kura jantan lebih panjang dengan bagian pangkal yang besar, sedangkan ekor kura-kura betina cenderung pendek dengan pangkal yang kecil.
- Kura-kura jantan biasanya memiliki kuku yang panjang dibandingkan dengan kura-kura betina. Fungsinya dalam perkawinan kura-kura jantan akan mencengkeram cangkang betina menggunakan kuku-kukunya.
- Pada kura-kura dewasa bisa kita bedakan dengan menekan bagian plastron di bawah ekor dengan cara perlahan dan berulang ulang. Jika keluar hemipenis bisa dipastikan kura-kura tersebut berkelamin jantan.
- Pada umumnya kura-kura jantan akan mengikuti kemana betina berjalan pada musim kawin. Jadi bisa dipastikan bahwa kura-kura yang diikuti berjenis kelamin betina dan kura-kura yang mengikuti berjenis kelamin jantan. 


INDIAN STAR (GEOCHELONE ELEGANS)


INDIAN STAR (GEOCHELONE ELEGANS)

Indian star tortoise merupakan spesies dari kura-kura yang hidup di daerah kering dan hutan semak belukar di India dan Sri Lanka. Kura-kura ini cukup populer diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan. Kura-kura ini dinamakan indian star karena hidup di India dan cangkang yang memiliki pola corak seperti gambar bintang. Kura-kura ini mempunyai nama ilmiah yaitu Geochelone elegans. Berikut klasifikasi dari kura-kura tersebut.

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Sauropsida
Order: Testudines
Suborder: Cryptodira
Superfamily: Testudinoidea
Family: Testudinidae
Genus: Geochelone
Species: Geochelone elegans

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini memiliki karapas yang cembung dan scutes bagian atas membentuk gundukan-gundukan. Mempunyai kepala sedang, dahi agak menonjol atau cembung dan ditutupi perisai yang agak besar dan tidak teratur. Mempunyai karapas hitam dengan garis-garis kuning yang membentuk seperti bintang. Garis ini biasanya sempit dan sangat banyak. Kura-kura ini dapat tumbuh hingga ukuran 10 inchi.

Kura-kura ini termasuk herbivora namun kadang mereka ditemukan memakan bangkai. Makanan yang biasa mereka makan adalah rumput, buah-buahan yang jatuh, bunga, dan dedaunan. Di dalam penangkaran mereka tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi daging.

Dimorfisme seksual kura-kura dewasa terlihat sangat jelas. Betina mempunyai ukuran jauh lebih besar dari jantan. Selain itu, plastron pada kura-kura betina jauh lebih datar dibandingkan kura-kura jantan yang memiliki plastron cekung.

PENYEBARAN
Kura-kura ini mempunyai habitat asli mulai India (kecuali Bengal), ke barat sampai ke Sindh (Pakistan) dan Sri Lanka.

DI DALAM PENANGKARAN
Memelihara kura-kura ini dalam penangkaran sangat sulit dan harus diserahkan pada orang yang harus benar-benar memiliki pengalaman dalam menangani kura-kura tersebut. Mereka sangat sulit untuk diberi makan dan pertumbuhannya sangat lambat. Anakan kura-kura biasanya lebih suka tidur daripada makan dan pada bulan-bulan awal mereka sangat rentan untuk mati.

Sumber foto: http://images.fineartamerica.com/images-medium-large/indian-star-tortoises-geochelone-joel-sartore.jpg
Sumber info: http://jinkuraku.blogspot.com/2012/12/indian-star-tortoise-geochelone-elegans.html
Indian star tortoise merupakan spesies dari kura-kura yang hidup di daerah kering dan hutan semak belukar di India dan Sri Lanka. Kura-kura ini cukup populer diperjualbelikan sebagai hewan peliharaan. Kura-kura ini dinamakan indian star karena hidup di India dan cangkang yang memiliki pola corak seperti gambar bintang. Kura-kura ini mempunyai nama ilmiah yaitu Geochelone elegans. Berikut klasifikasi dari kura-kura tersebut.

Kingdom: Animalia
Phylum: Chordata
Class: Sauropsida
Order: Testudines
Suborder: Cryptodira
Superfamily: Testudinoidea
Family: Testudinidae
Genus: Geochelone
Species: Geochelone elegans

ANATOMI DAN MORFOLOGI
Kura-kura ini memiliki karapas yang cembung dan scutes bagian atas membentuk gundukan-gundukan. Mempunyai kepala sedang, dahi agak menonjol atau cembung dan ditutupi perisai yang agak besar dan tidak teratur. Mempunyai karapas hitam dengan garis-garis kuning yang membentuk seperti bintang. Garis ini biasanya sempit dan sangat banyak. Kura-kura ini dapat tumbuh hingga ukuran 10 inchi.

Kura-kura ini termasuk herbivora namun kadang mereka ditemukan memakan bangkai. Makanan yang biasa mereka makan adalah rumput, buah-buahan yang jatuh, bunga, dan dedaunan. Di dalam penangkaran mereka tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi daging.

Dimorfisme seksual kura-kura dewasa terlihat sangat jelas. Betina mempunyai ukuran jauh lebih besar dari jantan. Selain itu, plastron pada kura-kura betina jauh lebih datar dibandingkan kura-kura jantan yang memiliki plastron cekung.

PENYEBARAN
Kura-kura ini mempunyai habitat asli mulai India (kecuali Bengal), ke barat sampai ke Sindh (Pakistan) dan Sri Lanka.

DI DALAM PENANGKARAN
Memelihara kura-kura ini dalam penangkaran sangat sulit dan harus diserahkan pada orang yang harus benar-benar memiliki pengalaman dalam menangani kura-kura tersebut. Mereka sangat sulit untuk diberi makan dan pertumbuhannya sangat lambat. Anakan kura-kura biasanya lebih suka tidur daripada makan dan pada bulan-bulan awal mereka sangat rentan untuk mati.


Saturday, May 4, 2013

KURA-KURA AMBON (CUORA AMBOINENSIS)


KURA-KURA AMBON (CUORA AMBOINENSIS)

Kura-kura Ambon (Cuora amboinensis) biasa disebut juga dengan kura batok, kura dada, kura kotak atau kura katup. Kura kura jenis ini adalah salah satu jenis kura-kura yang banyak dijual di pasaran. Walaupun namanya kura-kura Ambon, tapi kura kura ini banyak ditemukan juga di Sulawesi, Sumatra dan beberapa negara selain Indonesia seperti Thailand, Philipina, Malaysia, dll.

Kura-kura Ambon termasuk kura-kura yang hidup dengan habitat campuran antara darat dan air atau biasa disebut semi aquatik. Di habitatnya, kura-kura Ambon tinggal di dekat sungai atau sawah dengan berlindung pada rerumputan atau tumbuhan yang ada di sepanjang sungai.

Kura-kura Ambon menyukai ikan kecil, udang dan cacing. Kura-kura Ambon peliharaan dapat diberikan makanan tambahan berupa sayuran atau pelet.

Kura-kura Ambon memiliki cangkang dengan berbentuk seperti kotak dengan berbagai variasi bentuk tinggi dan rendah. Mempunyai warna kekuningan di sekitar muka sampai leher dengan diselingi garis hitam pada wajah.

Sama dengan jenis kura-kura semi akuatik lainnya, memelihara kura-kura Ambon memerlukan ketelitian dan kesabaran. Mulai dari tempat tinggal, tempat makan dan perawatan harus dilakukan secara benar supaya kura kura ambon tidak cepat mati karena sakit. Sebelum membeli kura-kura Ambon sebaiknya tanyakan cara perawatan kura kura ini pada penjualnya. Sebagai tambahan, cari info atau referensi juga tentang perawatan dan pemeliharaan kura-kura  Ambon agar kura kura ambon bisa bertahan hidup lama dan sehat.

Hal yang perlu diperhatikan selain perawatan adalah asal dari kura-kura Ambon yang akan dibeli. Kebanyakan kura-kura Ambon yang dijual berasal dari penangkapan di habitat aslinya. Hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan alam. Alangkah lebih baik jika Anda membeli kura-kura Ambon yang dihasilkan dari penangkaran.

Untuk yang ingin memilih kura-kura Ambon sebagai hewan peliharaan sebaiknya pikirkan ulang budget dan perawatan kura-kura nantinya. Karena akan sia-sia saja jika sudah keluar uangcukup banyak namun kura-kura Ambon yang dipelihara mati lebih cepat dari perkiraan umur seharusnya.

Sumber foto: http://img252.imageshack.us/img252/4922/dsc3615lc4.jpg
Sumber info: http://www.satwaunik.com/informasi-umum/kura-kura-ambon-cuora-amboinensis/
Kura-kura Ambon (Cuora amboinensis) biasa disebut juga dengan kura batok, kura dada, kura kotak atau kura katup. Kura kura jenis ini adalah salah satu jenis kura-kura yang banyak dijual di pasaran. Walaupun namanya kura-kura Ambon, tapi kura kura ini banyak ditemukan juga di Sulawesi, Sumatra dan beberapa negara selain Indonesia seperti Thailand, Philipina, Malaysia, dll.

Kura-kura Ambon termasuk kura-kura yang hidup dengan habitat campuran antara darat dan air atau biasa disebut semi aquatik. Di habitatnya, kura-kura Ambon tinggal di dekat sungai atau sawah dengan berlindung pada rerumputan atau tumbuhan yang ada di sepanjang sungai.

Kura-kura Ambon menyukai ikan kecil, udang dan cacing. Kura-kura Ambon peliharaan dapat diberikan makanan tambahan berupa sayuran atau pelet.

Kura-kura Ambon memiliki cangkang dengan berbentuk seperti kotak dengan berbagai variasi bentuk tinggi dan rendah. Mempunyai warna kekuningan di sekitar muka sampai leher dengan diselingi garis hitam pada wajah.

Sama dengan jenis kura-kura semi akuatik lainnya, memelihara kura-kura Ambon memerlukan ketelitian dan kesabaran. Mulai dari tempat tinggal, tempat makan dan perawatan harus dilakukan secara benar supaya kura kura ambon tidak cepat mati karena sakit. Sebelum membeli kura-kura Ambon sebaiknya tanyakan cara perawatan kura kura ini pada penjualnya. Sebagai tambahan, cari info atau referensi juga tentang perawatan dan pemeliharaan kura-kura Ambon agar kura kura ambon bisa bertahan hidup lama dan sehat.

Hal yang perlu diperhatikan selain perawatan adalah asal dari kura-kura Ambon yang akan dibeli. Kebanyakan kura-kura Ambon yang dijual berasal dari penangkapan di habitat aslinya. Hal ini tentu saja akan mengganggu keseimbangan alam. Alangkah lebih baik jika Anda membeli kura-kura Ambon yang dihasilkan dari penangkaran.

Untuk yang ingin memilih kura-kura Ambon sebagai hewan peliharaan sebaiknya pikirkan ulang budget dan perawatan kura-kura nantinya. Karena akan sia-sia saja jika sudah keluar uangcukup banyak namun kura-kura Ambon yang dipelihara mati lebih cepat dari perkiraan umur seharusnya.


Friday, May 3, 2013

AFRICAN SPURRED TORTOISE (GEOCHELONE SULCATA)


AFRICAN SPURRED TORTOISE (GEOCHELONE SULCATA)

African Spurred Tortoise (Geochelone sulcata) atau Sulkata, berasal dari daerah Afrika. Sulkata adalah kura darat nomor tiga terbesar di dunia. Panjang plastron (tempurung bagian bawah) dapat mencapai 78 cm.

Musim kawin adalah sekitar bulan Juni hingga Maret frekuensi terbesar adalah September sampai November. Bertelur pada menjelang musim kemarau, dengan jumlah hingga 17 butir. Telur-telur ini akan menetas setelah 212 hari.

CAPTIVE BREED
Pejantan Sulcata Turtoise tiba pada masa siap kawin ketika diameter tubuhnya mencapai 35cm. Di iklim Indonesia Musim kawin bisa terjadi setiap saat dari bulan September hingga Januari, walaupun pada kenyatannya perkawinan sering terjadi setelah musim penghujan. Hal pertama yang anda harus persiapkan adalah ruangan yang cukup luas bagi kedua induk, karena dalam ruangan yang sempit, pejantan yang sangat agresif dapat melukai tubuh terutama tempurung betina. Pindahkan juga pejantan lainnya karena pejantan lain dapat menganggu proses perkawinan, para pejantan cenderung untuk bertarung satu sama lain hingga dapat berakibat fatal. Satu pejantan sudah cukup untuk mengawini empat betina. Tetapi kalo keadaan tempat gak memungkinkan, mau gimana lagi. Anda akan melihat mereka mulai kawin ketika ketika pejantan bergerak untuk mengarahkan betina dengan berbagai cara, misalnya membatasi pergerakan betina dengan mengitarinya atau bahkan sampai memblokade jalannya. Alasan pejantan melakukan ini adalah untuk menghentikan pergerakan betina selama mungkin agar pejantan memiliki waktu untuk mengambil posisi menumpuk diatas betina. Biasanya proses perkawinan akan disertai dengan raungan dan erangan yang cukup berisik. 

*Proses Bertelur*
Tubuh betina akan mulai membengkak selang beberapa waktu setelah kawin, ini merupakan indikasi bahwa betina telah terbuahi dan tubuhnya penuh dengan telur. Betina akan mulai mengurangi jatah makannya dan menampakan tanda-tanda kegelisahan. Ini disebabkan karena betina sedang mencari sarang bagi telur-telurnya. Setelah enam hingga delapan minggu dari waktu perkawinan betina mulai bertelur.

Pertama kali yang dilakukan betina setelah menemukan lokasi sarang, ia akan membersihkan dataran tanah/pasir dengan kakinya, lalu mengencingi tanah tersebut dan menggalinya. Kedalaman sarang berukuran kira-kira 7 cm hingga 14 cm dengan diameter 60 cm ketika betina merasa sarangnya telah cukup dalam, dia akan memutar balik posisi badan hingga ekor menghadap kedalam sarang lalu mulai bertelur. Selama ia meletakkan telurnya, kedua kaki belakang bekerja untuk mengubur telur-telurnya dengan tanah.

Beberapa betina akan menggali empat hingga lima lubang sarang sebelum ia memutuskan untuk bertelur. Proses bertelur ini dapat memakan waktu kurang lebih hingga lima jam. Seekor betina mampu bertelur 15 sampai 42 butir dan setiap telur memakan waktu hingga 3 menit untuk keluar. Setelah selesai bertelur, dia akan menutupi sarangnya dan memakan waktu kurang lebih satu jam. Pada saat ini betina sangat protektif dengan sarang telurnya, dia akan bersikap agresif hingga terkadang menyerang apapun atau siapapun yang mendekati sarangnya. Jadi sebaiknya anda amankan betina tersebut dari makhluk lain selama ia bertelur. 

Biasanya betina akan berjaga pada sarangnya hingga tiga hari kedepan, jika anda ingin mengumpulkam telur-telur tersebut sesegera mungkin, berhati-hatilah karena ada kemungkinan besar induk betina akan menyerang anda dengan ganas. Tak jarang pula beberapa betina bersikap jinak, mereka hanya akan menutupi kembali sarangnya setelah anda kosongkan.

*Inkubasi/Pengeraman*
Ada dua cara yang dapat anda tentukan sendiri untuk pengeraman telur. Cara pertama adalah dengan membiarkan telur pada sarangnya hingga menetas secara alami delapan bulan kemudian. Tapi anda harus benar-benar yakin bahwa lingkungan sarang aman dari pemangsa telur dan suhu berkisar antara 82F/64C hingga 86F/68C.

Cara kedua adalah mengumpulkan telur secepat mungkin dari sarangnya, terutama jika sarang telur berada diluar ruangan tertutup. Hal ini untuk menghindari rusaknya telur dari pemangsa. Letakan telur pada sebuah wadah dan kuburkan dengan “vermiculite” ditambah air dengan berat rasio 1:5. Ukurlah suhu diantara 82F/64C hingga 86F/68C. Telur akan menetas dalam waktu 100 hingga 200 hari. Pada umumnya telur akan menetas secara bersamaan dalam waktu beberapa hari saja, tapi terkadang telur-telur tersebut menetas dengan selisih waktu yang cukup lama, yaitu dari jangka waktu satu minggu sampai satu bulan untuk menetas semuanya. Setelah menetas biarkan bayi-bayi tortoise di tempat inkubasi hingga cairan telur merembes, lalu angkatlah mereka dan letakkan diatas handuk bersih untuk mengeringkan tubuhnya. Sifat dasar dari Sulcata Tortoise adalah agresif terhadap sesama jenisnya. Keagresifan ini telah dimulai pada saat mereka baru saja menetas. Bayi-bayi Sulcata Tortoise akan saling menerjang satu sama lain hingga tubuh lawannya terbalik. 

HABITAT
Sulkata tersebar dari Sudan, Ethiophia, Togo,hingga Mali dan Mauritania. Secara general penyebarannya berada di bagian utara dari Gurun Sahara. Untuk menghindari dari panas yang menyengat, sulkata menggali lubang untuk berteduh dengan menggunakan kakinya yang sangat kuat.

PEMELIHARAAN
Karena berasal dari negara yang beriklim kering, Sulkata hanya perlu diberi minum seminggu 1x. Kura ini tidak menyukai tempat pemeliharaan yang lembab. sulcata kecil walau menyukai panas namun gampang sekali mengalami dehidrasi. Tempat pemeliharaan harus sejuk dan kering jangan di berikan tempat air minum didalam kandang. Kura kecil harus dijemur pada pagi hari atau menggunakan lampu sekitar 25 atau 40watt agar tetap kering dan hangat serta uvb light.Jangan memberikan air minum di kandang buat jenis sulcata.

JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TERLALU LAMA
Kalau menjemur terlalu lama kura-kura dapat mengalami dehidrasi dan menyebabkan kematian, usahakan hingga badannya hangat atau memberi tempat perlindungan pada kandang kura-kura sehingga jika terlalu panas kura tersebut dapat menjauhkan diri/bersembunyi di tempat teduh.

JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TANPA DIAWASI
Biarpun kelihatan lambat, tapi kura-kura juga pandai melarikan diri.

Pada musim hujan gunakan lampu khusus reptil yang mengandung UVA-UVB (Full spectrum Lamp).
UVA digunakan untuk menambah selera makan dan memproses makanan di tubuh reptil. UVB digunakan untuk memproses Vitamin D3 pada makanannya karena reptil tidak bisa mensintesa Vitamin D3 tanpa bantuan UVB.

Tempat berjemur diusahakan mempunyai suhu 31-34˚C, sedang suhu kandang sekitar 28-32˚C. Gunakan termometer untuk mengukur suhu jangan kira-kira, karena kadang perkiraan kita meleset jauh.

MAKANAN YANG BAIK UNTUK SULCATA
Fumak, kaktus centong caisim, selada, wortel, bunga sepatu, daun murbei, alfalfa, Bermuda grass. Untuk pemberian makanan jgn diberikan yg tinggi protein karena meyebabkan pyramiding. Contoh: Toge. Sayur kacang panjang ini tidak baik untuk kura darat.Sulcata harus makan makanan yg tinggi dengan serat (high in fiber)

KRITERIA KURA DARAT YANG SEHAT
- Mata bersih tidak berair
- Nafsu makan bagus
- Badan berat, aktif
- Tidak ada luka pada Scute (sambungan pada tempurung)
- Hidung kering.
(Kura-kura dapat dipelihara di tempat ber AC dengan bantuan dari lampu agar tidak kedinginan)

VITAMIN UNTUK KURA-KURA
Untuk kura-kura dengan variasi makanan yang bagus, sudah cukup hanya diberi tambahan Kalsium. Kalsium yang ada dipasaran sekarang ini adalah Rep-Cal, dapat juga diganti dengan tulang cumi/sotong yg kering.

- Jika kura-kura tersebut tidak mau makan tetapi badannya tetap berat, coba rendam dengan air hangat, biasanya karena kotoran tidak mau keluar AIR RENDAMAN JANGAN TERLALU DALAM

- JANGAN DIBERI MAKAN DOG FOOD untuk sulcata atau mazuri karena meyebabkan pyramiding

Sumber foto: http://board.reptilechannel.com/Uploads/Images/822221b7-bf59-45d7-923e-46b2.jpg
Sumber info: http://ahmadyazidi.blogspot.com/2008/09/african-spurred-tortoise-geochelone.html http://satwaunik.com/informasi-umum/cara-menernakkan-kura-kura-sulcata-geochelone-sulcata/
African Spurred Tortoise (Geochelone sulcata) atau Sulkata, berasal dari daerah Afrika. Sulkata adalah kura darat nomor tiga terbesar di dunia. Panjang plastron (tempurung bagian bawah) dapat mencapai 78 cm.

Musim kawin adalah sekitar bulan Juni hingga Maret frekuensi terbesar adalah September sampai November. Bertelur pada menjelang musim kemarau, dengan jumlah hingga 17 butir. Telur-telur ini akan menetas setelah 212 hari.

CAPTIVE BREED
Pejantan Sulcata Turtoise tiba pada masa siap kawin ketika diameter tubuhnya mencapai 35cm. Di iklim Indonesia Musim kawin bisa terjadi setiap saat dari bulan September hingga Januari, walaupun pada kenyatannya perkawinan sering terjadi setelah musim penghujan. Hal pertama yang anda harus persiapkan adalah ruangan yang cukup luas bagi kedua induk, karena dalam ruangan yang sempit, pejantan yang sangat agresif dapat melukai tubuh terutama tempurung betina. Pindahkan juga pejantan lainnya karena pejantan lain dapat menganggu proses perkawinan, para pejantan cenderung untuk bertarung satu sama lain hingga dapat berakibat fatal. Satu pejantan sudah cukup untuk mengawini empat betina. Tetapi kalo keadaan tempat gak memungkinkan, mau gimana lagi. Anda akan melihat mereka mulai kawin ketika ketika pejantan bergerak untuk mengarahkan betina dengan berbagai cara, misalnya membatasi pergerakan betina dengan mengitarinya atau bahkan sampai memblokade jalannya. Alasan pejantan melakukan ini adalah untuk menghentikan pergerakan betina selama mungkin agar pejantan memiliki waktu untuk mengambil posisi menumpuk diatas betina. Biasanya proses perkawinan akan disertai dengan raungan dan erangan yang cukup berisik. 

*Proses Bertelur*
Tubuh betina akan mulai membengkak selang beberapa waktu setelah kawin, ini merupakan indikasi bahwa betina telah terbuahi dan tubuhnya penuh dengan telur. Betina akan mulai mengurangi jatah makannya dan menampakan tanda-tanda kegelisahan. Ini disebabkan karena betina sedang mencari sarang bagi telur-telurnya. Setelah enam hingga delapan minggu dari waktu perkawinan betina mulai bertelur.

Pertama kali yang dilakukan betina setelah menemukan lokasi sarang, ia akan membersihkan dataran tanah/pasir dengan kakinya, lalu mengencingi tanah tersebut dan menggalinya. Kedalaman sarang berukuran kira-kira 7 cm hingga 14 cm dengan diameter 60 cm ketika betina merasa sarangnya telah cukup dalam, dia akan memutar balik posisi badan hingga ekor menghadap kedalam sarang lalu mulai bertelur. Selama ia meletakkan telurnya, kedua kaki belakang bekerja untuk mengubur telur-telurnya dengan tanah.

Beberapa betina akan menggali empat hingga lima lubang sarang sebelum ia memutuskan untuk bertelur. Proses bertelur ini dapat memakan waktu kurang lebih hingga lima jam. Seekor betina mampu bertelur 15 sampai 42 butir dan setiap telur memakan waktu hingga 3 menit untuk keluar. Setelah selesai bertelur, dia akan menutupi sarangnya dan memakan waktu kurang lebih satu jam. Pada saat ini betina sangat protektif dengan sarang telurnya, dia akan bersikap agresif hingga terkadang menyerang apapun atau siapapun yang mendekati sarangnya. Jadi sebaiknya anda amankan betina tersebut dari makhluk lain selama ia bertelur. 

Biasanya betina akan berjaga pada sarangnya hingga tiga hari kedepan, jika anda ingin mengumpulkam telur-telur tersebut sesegera mungkin, berhati-hatilah karena ada kemungkinan besar induk betina akan menyerang anda dengan ganas. Tak jarang pula beberapa betina bersikap jinak, mereka hanya akan menutupi kembali sarangnya setelah anda kosongkan.

*Inkubasi/Pengeraman*
Ada dua cara yang dapat anda tentukan sendiri untuk pengeraman telur. Cara pertama adalah dengan membiarkan telur pada sarangnya hingga menetas secara alami delapan bulan kemudian. Tapi anda harus benar-benar yakin bahwa lingkungan sarang aman dari pemangsa telur dan suhu berkisar antara 82F/64C hingga 86F/68C.

Cara kedua adalah mengumpulkan telur secepat mungkin dari sarangnya, terutama jika sarang telur berada diluar ruangan tertutup. Hal ini untuk menghindari rusaknya telur dari pemangsa. Letakan telur pada sebuah wadah dan kuburkan dengan “vermiculite” ditambah air dengan berat rasio 1:5. Ukurlah suhu diantara 82F/64C hingga 86F/68C. Telur akan menetas dalam waktu 100 hingga 200 hari. Pada umumnya telur akan menetas secara bersamaan dalam waktu beberapa hari saja, tapi terkadang telur-telur tersebut menetas dengan selisih waktu yang cukup lama, yaitu dari jangka waktu satu minggu sampai satu bulan untuk menetas semuanya. Setelah menetas biarkan bayi-bayi tortoise di tempat inkubasi hingga cairan telur merembes, lalu angkatlah mereka dan letakkan diatas handuk bersih untuk mengeringkan tubuhnya. Sifat dasar dari Sulcata Tortoise adalah agresif terhadap sesama jenisnya. Keagresifan ini telah dimulai pada saat mereka baru saja menetas. Bayi-bayi Sulcata Tortoise akan saling menerjang satu sama lain hingga tubuh lawannya terbalik. 

HABITAT
Sulkata tersebar dari Sudan, Ethiophia, Togo,hingga Mali dan Mauritania. Secara general penyebarannya berada di bagian utara dari Gurun Sahara. Untuk menghindari dari panas yang menyengat, sulkata menggali lubang untuk berteduh dengan menggunakan kakinya yang sangat kuat.

PEMELIHARAAN
Karena berasal dari negara yang beriklim kering, Sulkata hanya perlu diberi minum seminggu 1x. Kura ini tidak menyukai tempat pemeliharaan yang lembab. sulcata kecil walau menyukai panas namun gampang sekali mengalami dehidrasi. Tempat pemeliharaan harus sejuk dan kering jangan di berikan tempat air minum didalam kandang. Kura kecil harus dijemur pada pagi hari atau menggunakan lampu sekitar 25 atau 40watt agar tetap kering dan hangat serta uvb light.Jangan memberikan air minum di kandang buat jenis sulcata.

JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TERLALU LAMA
Kalau menjemur terlalu lama kura-kura dapat mengalami dehidrasi dan menyebabkan kematian, usahakan hingga badannya hangat atau memberi tempat perlindungan pada kandang kura-kura sehingga jika terlalu panas kura tersebut dapat menjauhkan diri/bersembunyi di tempat teduh.

JANGAN MENJEMUR KURA-KURA TANPA DIAWASI
Biarpun kelihatan lambat, tapi kura-kura juga pandai melarikan diri.

Pada musim hujan gunakan lampu khusus reptil yang mengandung UVA-UVB (Full spectrum Lamp).
UVA digunakan untuk menambah selera makan dan memproses makanan di tubuh reptil. UVB digunakan untuk memproses Vitamin D3 pada makanannya karena reptil tidak bisa mensintesa Vitamin D3 tanpa bantuan UVB.

Tempat berjemur diusahakan mempunyai suhu 31-34˚C, sedang suhu kandang sekitar 28-32˚C. Gunakan termometer untuk mengukur suhu jangan kira-kira, karena kadang perkiraan kita meleset jauh.

MAKANAN YANG BAIK UNTUK SULCATA
Fumak, kaktus centong caisim, selada, wortel, bunga sepatu, daun murbei, alfalfa, Bermuda grass. Untuk pemberian makanan jgn diberikan yg tinggi protein karena meyebabkan pyramiding. Contoh: Toge. Sayur kacang panjang ini tidak baik untuk kura darat.Sulcata harus makan makanan yg tinggi dengan serat (high in fiber)

KRITERIA KURA DARAT YANG SEHAT
- Mata bersih tidak berair
- Nafsu makan bagus
- Badan berat, aktif
- Tidak ada luka pada Scute (sambungan pada tempurung)
- Hidung kering.
(Kura-kura dapat dipelihara di tempat ber AC dengan bantuan dari lampu agar tidak kedinginan)

VITAMIN UNTUK KURA-KURA
Untuk kura-kura dengan variasi makanan yang bagus, sudah cukup hanya diberi tambahan Kalsium. Kalsium yang ada dipasaran sekarang ini adalah Rep-Cal, dapat juga diganti dengan tulang cumi/sotong yg kering.

- Jika kura-kura tersebut tidak mau makan tetapi badannya tetap berat, coba rendam dengan air hangat, biasanya karena kotoran tidak mau keluar AIR RENDAMAN JANGAN TERLALU DALAM

- JANGAN DIBERI MAKAN DOG FOOD untuk sulcata atau mazuri karena meyebabkan pyramiding


SULAWESI FOREST TURTLE (LEUCOCEPHALON YUWONOI)


SULAWESI FOREST TURTLE (LEUCOCEPHALON YUWONOI)

Kura kura hutan Sulawesi atau kura kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) yang dalam bahasa latin disebut Leucocephalon yuwonoi adalah salah satu jenis kura kura yang termasuk langka. Kura kura hutan sulawesi (kura kura paruh betet) termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka yang terdapat di Indonesia, bahkan kura kura ini juga termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles, 2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition.

Kura kura hutan sulawesi yang dipertelakan pada tahun 1995 ini sering disebut juga sebagai kura kura paruh betet dikarenakan bentuk mulutnya yang meruncing dan mirip dengan paruh burung betet. Dalam bahasa Inggris kura kura hutan Sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya kura kura ini mempunyai nama latin Leucocephalon yuwonoi yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Sebelumnya kura kura hutan Sulawesi digolongkan dalam genus Heosemys, tapi sejak tahun 2000 kura kura ini dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura kura hutan sulawesi ini di sebuah pasar di Gorontalo, Sulawesi.

Ciri ciri Kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) adalah tubuhnya berukuran sedang dengan karapas sepanjang 28 hingga  31 cm untuk kura kura jantan dan 20 hingga 25 cm untuk kura kura betina. Daerah sebarannya hanya terdapat di pulau Sulawesi bagian utara. Karenanya hewan langka ini merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, Indonesia dan tidak ditemukan di daerah lain. Tidak banyak yang diketahui tentang perilaku alami kura kura hutan sulawesi ini. Kura kura hutan sulawesi yang merupakan hewan diurnal banyak menghabiskan waktu di hutan dan hanya berpindah ke air ketika malam untuk beristirahat dan melakukan perkawinan. Pada tahun 1990an diperkirakan populasi kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) masih sangat banyak tapi saat ini diperkirakan populasinya di alam liar berkurang banyak hingga jumlahnya tidak lebih dari 250 ekor. Seperti biasa, ancaman utama populasi kura kura langka ini adalah perburuan dan perdangan bebas sebagai bahan makanan dan hewan peliharaan. Pada awal tahun 1990 an, sekitar 2.000 hingga 3.000 ekor diperkirakan diperdagangkan ke China sebagai bahan makanan. Selain itu kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) juga banyak diekspor ke Eropa dan Amerika sebagai hewan peliharaan. Selain perburuan, rusaknya habitat akibat kerusakan hutan yang disebabkan oleh penebangan kayu komersial, pertanian skala kecil dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit juga menjadi ancaman bagi kelangsungan populasi kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi). Hal ini semakin diperparah oleh rendahnya tingkat reproduksi kura kura hutan sulawesi (Sulawesi Forest Turtle).

Karena jumlah populasi yang sedikit dan sifatnya yang endemik, kura kura paruh betet ini dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered atau sangat terancam punah oleh IUCN Red List. Bahkan The Turtle Conservation Coalition, sebuah koalisi konservasi kura kura yang terdiri atas berbagai lembaga konservasi seperti IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group, Wildlife Conservation Society (WCS), Turtle Survival Alliance (TSA), Conservation International (CI) dan lainnya memasukkan kura kura hutan sulawesi sebagai salah satu dari 25 Kura Kura Paling Langka dan Terancam Punah Di Dunia (The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles) Tahun 2011.

Organisasi perdangan satwa dunia, CITES, juga telah memasukkan kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) dalam daftar CITES Apendix II. Dengan demikian perdagangan internasional kura kura langka dan endemik Sulawesi ini TIDAK diperbolehkan.

Ironisnya, berbagai organisasi konservasi dunia menaruh perhatian bagi kelestarian kura kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) tapi pemerintah Indonesia adem ayem aja. Karena aneh tapi nyata, di Indonesia sendiri, kura kura hutan Sulawesi ternyata bukan termasuk satwa yang dilindungi.

Sumber foto: http://news.turtleconservancy.org/wp-content/uploads/2012/07/25.jpg
Sumber info: http://www.satwaunik.com/informasi-umum/kura-kura-berhidung-betet/#more-3659
Kura kura hutan Sulawesi atau kura kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) yang dalam bahasa latin disebut Leucocephalon yuwonoi adalah salah satu jenis kura kura yang termasuk langka. Kura kura hutan sulawesi (kura kura paruh betet) termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka yang terdapat di Indonesia, bahkan kura kura ini juga termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles, 2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition.

Kura kura hutan sulawesi yang dipertelakan pada tahun 1995 ini sering disebut juga sebagai kura kura paruh betet dikarenakan bentuk mulutnya yang meruncing dan mirip dengan paruh burung betet. Dalam bahasa Inggris kura kura hutan Sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya kura kura ini mempunyai nama latin Leucocephalon yuwonoi yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Sebelumnya kura kura hutan Sulawesi digolongkan dalam genus Heosemys, tapi sejak tahun 2000 kura kura ini dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura kura hutan sulawesi ini di sebuah pasar di Gorontalo, Sulawesi.

Ciri ciri Kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) adalah tubuhnya berukuran sedang dengan karapas sepanjang 28 hingga 31 cm untuk kura kura jantan dan 20 hingga 25 cm untuk kura kura betina. Daerah sebarannya hanya terdapat di pulau Sulawesi bagian utara. Karenanya hewan langka ini merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, Indonesia dan tidak ditemukan di daerah lain. Tidak banyak yang diketahui tentang perilaku alami kura kura hutan sulawesi ini. Kura kura hutan sulawesi yang merupakan hewan diurnal banyak menghabiskan waktu di hutan dan hanya berpindah ke air ketika malam untuk beristirahat dan melakukan perkawinan. Pada tahun 1990an diperkirakan populasi kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) masih sangat banyak tapi saat ini diperkirakan populasinya di alam liar berkurang banyak hingga jumlahnya tidak lebih dari 250 ekor. Seperti biasa, ancaman utama populasi kura kura langka ini adalah perburuan dan perdangan bebas sebagai bahan makanan dan hewan peliharaan. Pada awal tahun 1990 an, sekitar 2.000 hingga 3.000 ekor diperkirakan diperdagangkan ke China sebagai bahan makanan. Selain itu kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) juga banyak diekspor ke Eropa dan Amerika sebagai hewan peliharaan. Selain perburuan, rusaknya habitat akibat kerusakan hutan yang disebabkan oleh penebangan kayu komersial, pertanian skala kecil dan pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit juga menjadi ancaman bagi kelangsungan populasi kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi). Hal ini semakin diperparah oleh rendahnya tingkat reproduksi kura kura hutan sulawesi (Sulawesi Forest Turtle).

Karena jumlah populasi yang sedikit dan sifatnya yang endemik, kura kura paruh betet ini dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered atau sangat terancam punah oleh IUCN Red List. Bahkan The Turtle Conservation Coalition, sebuah koalisi konservasi kura kura yang terdiri atas berbagai lembaga konservasi seperti IUCN/SSC Tortoise and Freshwater Turtle Specialist Group, Wildlife Conservation Society (WCS), Turtle Survival Alliance (TSA), Conservation International (CI) dan lainnya memasukkan kura kura hutan sulawesi sebagai salah satu dari 25 Kura Kura Paling Langka dan Terancam Punah Di Dunia (The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles) Tahun 2011.

Organisasi perdangan satwa dunia, CITES, juga telah memasukkan kura kura hutan sulawesi (Leucocephalon yuwonoi) dalam daftar CITES Apendix II. Dengan demikian perdagangan internasional kura kura langka dan endemik Sulawesi ini TIDAK diperbolehkan.

Ironisnya, berbagai organisasi konservasi dunia menaruh perhatian bagi kelestarian kura kura paruh betet (Sulawesi Forest Turtle) tapi pemerintah Indonesia adem ayem aja. Karena aneh tapi nyata, di Indonesia sendiri, kura kura hutan Sulawesi ternyata bukan termasuk satwa yang dilindungi.


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes