Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa. Oleh karena itu, sebagai warga Negara Indonesia yg baik disarankan untuk menggunakan Bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang lain yg berasal dari daerah lain yg mempunyai latar belakang bahasa daerah yg berbeda.
Ada beberapa kejadian lucu ketika orang dari daerah lain berbicara dengan orang daerah lain, tapi tetap menggunakan bahasa daerah. Contohnya ketika ada orang Jawa yang pergi ke Madura. Si Jawa mampir ke warung, dia bilang ke penjaga warungnya klo dia pengen makan, kemudian orang Madura bilang “sobhung” yang artinya “habis” dalam bahasa Madura. Karena nggak tahu, si Jawa bilang iya dan tetep nunggu di warung. Di benak si Jawa, “sobhung” dikira “sop bung” yang artinya “sayur sop dari rebung (bambu muda)”. Ya percuma ja nunggu di warung lama-lama, karna makanannya emang udah habis. Ada juga kisah sebaliknya, orang Madura yang pergi ke Jawa kemudian mampir ke toko. Ketika si Madura pengen beli sesuatu, penjual bilang “enthek” yg artinya “habis” dalam bahasa Jawa. Si Madura mengira penjualnya bilang “dhante’ (dibaca dhente’) ” yg artinya “tunggu” dalam bahasa Madura. Jadi si Madura tetep ja nunggu di toko sampai si penjual ngasih tahu klo barang yg mw di beli udah habis. Ya begitulah, perbedaan bahasa bisa menyesatkan atau justru malah menjadikan suatu pengalaman yang lucu.
Kemarin aku juga mengetahui secara langsung perbedaan bahasa yang dapat mengakibatkan salah paham. Lucunya, hal ini terjadi sama-sama di daerah Madura. Memang Madura memiliki 4 kabupaten, dimana tiap kabupaten memiliki bahasanya masing-masing. Temen ku yg berasal dari Pamekasan menelpon temennya yang asli Bangkalan. Dia ingin minta mangga buat rujakan. Si Pamekasan bilang dia minta “pao” yang artinya mangga ( entah mangga muda maupun yang udah matang ) dalam bahasa Pamekasan. Si Bangkalan jawab klo dia gak punya “pao”. Si Pamekasan bilang minta “pao” buat rujakan, si Bangkalan bingung, soalnya “pao” dalam bahasa Bangkalan artinya mangga yang udah matang, jadi gak enak buat rujakan. Trus si Pamekasan ke rumahnya si Bangkalan, karna dia tahu klo si Bangkalan punya pohon mangga. Nyampek di rumahnya si Bangkalan, si Pamekasan kaget, dia melihat banyak “pao” di pohon mangganya si Bangkalan. Si Pamekasan mengira klo si Bangkalan bohong, trus si Bangkalan bilang klo mangga muda tu dalam bahasa bangkalan adalah “pakel” ( gak tahu tulisannya bener apa salah). Tertawalah semua yang ada disitu, ternyata gara-gara beda bahasa bisa membuat orang tertawa, hehehe.,.
Powered by Komunitas Blogger Madura | Plat-M
1 komentar:
Bisa jadi referensi tugas kuliah ..
thank gan ..
Post a Comment